Tuesday, April 01, 2008

Freedom Of Mind

Hari masih pagi ketika seorang teman – sebut saja Sahrul (bukan nama sebenarnya) – sambil merengut seram bergumam menggerutu tidak jelas apa yang dikatakan. Suasana kantor yang hening seketika berubah jadi gaduh dengan gerutuhan si Sahrul. Penasaran dengan apa yang ada dibenak Sahrul, sayapun memberanikan diri untuk bertanya kenapa.

Masih dengan cemberut dan bersungut-sungut, Sahrulpun mulai bercerita, “ Saya tuh semakin lama kerja disini semakin sebel saja. Apapun yang pernah dijanjikan oleh boss tidak ada yang direalisasikan. Payah ..!!!”


Dengan santai sayapun menimpali, “ Kalau sebel begitu dan boss nggak bermutu, ya sebaiknya berhenti saja dan pindah cari kerjaan yang bikin ente enjoy.”


Sahrulpun melanjutkan,” masalahnya nggak semudah itu Pa Bambang. Cari kerjaan sekarang kan nggak mudah ….”


“ Ya kalau gituuu … nikmati saja keadaannya. Toh bersungut-sungut gitu juga tidak lantas menjadikan boss jadi baik kan . Emang ada apa sih, bisa sebel banget kaya gitu ….”, timpalku lagi.


“ Gini Pa. Dua tahun lalu saya mendapat tawaran tugas studi lapangan selama satu bulan penuh di kantor cabang di Makasar. Pada dasarnya saya senang mendapat tugas itu. Saya hanya bingung waktu itu karena pada waktu yang bersamaan saya harus mengikuti ujian semesteran kuliah saya yang belum selesai. Dan ujian semesteran itu adalah peluang terbaikku untuk menyelesaikan studiku yang lama nggak kelar,” Sahrul mulai bercerita panjang.


“Terus akhirnya gimana ?” tanyaku lebih dalam.


“ Kita semua tahu kan, gimana reaksi boss kalau kita nolak perintahnya. Sayapun sudah menyampaikan tentang ujian semesteran itu. Tapi boss terus mendesak dan memberikan argument yang tidak bisa saya sanggah. Bahkan boss bilang, nanti setelah studi lapangan selesai maka seluruh biaya kuliahku akan dibayari,” Sahrul melanjutkan.


“ Saya dengar, akhirnya kamu berangkat studi lapangan juga. Terus gimana kelanjutan kuliahmu. Bukannya sekarang juga belum kelar kan ..?” tanyaku lagi.


“ Ya itulah Pa Bambang. Karena didesak terus dan saya juga kuatir kehilangan pekerjaan, ya akhirnya saya menerima walaupun berat. Tapi nyatanya, sampai sekarang janji boss yang mau biayai studi sayapun tidak pernah ada. Bayangin Pa Bambang, gimana saya nggak sebel…”.


Sayapun memotong celotehan Sahrul ,” Sebentar Sahrul. Tadi kamu bilang bahwa karena didesak terus dan kamu juga kuatir kehilangan pekerjaan, akhirnya kamu menerima tugas studi lapangan walaupun berat. Artinya pada akhirnya, kamu yang menerima keputusan itu kan. Terus kenapa kamu salahkan boss tentang tugas studi lapangan …”.


Dengan sedikit terkejut – sepertinya Sahrul tidak menduga saya akan bertanya seperti itu – Sahrulpun menyahut,” Ya karena saya didesak terus sama boss dan saya kuatir dipecat, yaaa ….. saya terima saja tugas itu.”


“ Gini Sahrul. Boss boleh saja galak, boss boleh saja mendesak terus, boss boleh saja bisa pecat kamu … tetapi pada akhirnya kamu kan yang memutuskan untuk menerima tugas itu. Seandainya kamu tetap teguh dengan argumentasi kamu, bisa jadi kondisinya tidak seperti sekarang. Bisa jadi kuliah kamu akan lancar,” saya terus member masukan pada Sahrul.


Dengan agak kesal Sahrul menjawab,” tapi kan saya terpaksa Pa Bambang …”


“ Ya. Tapi kamu juga kan yang memutuskan menerima tugas itu. Kamu juga kan yang memutuskan untuk menganggap kondisinya terpaksa. Padahal kamu Sahrul bebas untuk menentukan apakah kondisinya terpaksa atau biasa saja. Kamu juga bebas untuk memutuskan apakah memilih menerima tugas itu ataukah memilih untuk menolak. Kepergian kamu untuk studi lapangan selama sebulan penuh pada dua tahun lalu adalah keputusan kamu. Boss hanyalah sebagai pihak yang memberikan stimulus. Jadi kalau hari ini kamu uring-uringan dengan kepergian kamu studi lapangan dua tahun yang lalu, maka kamu sedang menjelek-jelekan keputusan kamu sendiri”, saya menimpali lagi.


Sahrul, “ ….. ???? !!!”


……………………………………………..


Seringkali kita mudah melemparkan kesalahan terhadap hal buruk yang menimpa kita kepada orang lain. Seolah sumber dari bencana yang menimpa kehidupan kita adalah orang atau pihak lain.


Ketika studi kita gagal berantakan, kita mudah menyalahkan kondisi luar. Karena kurang biayalah, kurang fasilitaslah, terlalu banyak aktifitas diluarlah.


Ketika bisnis kita kurang berhasil, kitapun mudah mengambinghitamkan pesaing kita. Ketika kehidupan rumah tangga kita sedikit kacau, kita buru-buru menyalahkan pasangan kita. Dan ujung-ujungnya kita menjadi pasrah dengan kondisi yang ada, tanpa ada semangat untuk memperbaiki.


Seorang pemikir Islam Aljazair dalam buku yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul MEMBANGUN DUNIA BARU ISLAM memberikan ulasan tentang fenomena penjajahan bangsa barat terhadap negeri-negeri muslim. Menurutnya, penjajahan barat terhadap dunia Islam lebih karena dunia Islam memang memenuhi syarat untuk dijajah barat.


Bahwa para penjajah itu jahat, itu jelas. Tetapi seandainya dunia Islam memutuskan untuk melawan dengan segenap upaya, maka penjajahan itu tidak akan lama. Tetapi karena dunia Islam memutuskan untuk menyerah dengan kondisi yang ada, maka penjajahan itu menjadi sangat lama.


Kita memiliki pilihan-pilihan keputusan dalam hidup. Orang lain atau pihak luar boleh saja memberikan stimulus, tetapi keputusan ada pada diri kita sendiri. Mengkambinghitamkan kondisi ekternal hanya akan menjadikan kita lebih hancur pada waktu yang akan datang dan tidak memberikan kebaikan.


Sehingga, keputusan apapun yang pernah kita ambil pada masa yang lalu tentang kehidupan kita maka jalan terbaik adalah dengan bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan itu. Untuk selanjutnya, kita buat keputusan-keputusan hidup yang dilandasi oleh kebebasan untuk memutuskan berdasarkan prioritas hidup dan pencapaian-pencapaian masa depan kita. Bukan dilandasi oleh prioritas hidup dan pencapaian-pencapaian masa depan orang lain.


Dan setelah keputusan sudah diambil, maka bertanggungjawablah.




3 comments:

  1. Woowww ....

    Sungguh sangat inspiratif sesuai dengan judul blognya.

    Begini loh semestinya blog.
    Penuh dengan inspirasi, bikin hidup lebih hidup.

    Keep spirit...

    ReplyDelete
  2. Cakep mas... Inspiring...

    Awal yg baik, semoga istiqomah... seminggu satu tulisan aja... hebat deh..

    Usul, jangan dimasukin semua tulisan, highlightnya aja (paragraph pertama).

    ReplyDelete
  3. Makasih Pa Agung ...

    Saya juga berharap sepekan minimal 1 tulisan bisa langgeng, doakan.

    Ceritanya saya kan baru di dunia Blog, jadi soal lay out juga masih kaku.
    Insya Allah sambil belajar bisa dipercantik tampilannya lain kali.

    Sekali lagi terima kasih.

    ReplyDelete