Monday, June 30, 2008

Balasan Terbaik

Tahun 1990, ketika saya berada di kelas 3 Biologi 2 SMA Negeri 1 Tegal. Disekolah kami waktu itu ada satu guru yang paling kesohor bagi para siswa dan alumni. Beliau adalah Bapak Muktamad, guru matematika untuk siswa kelas 3 kelompok IPA (Fisika dan Biologi).

Pak Muktamad sangat kesohor karena keunikan yang dimilikinya. Mulai dari predikat pemegang sabuk DAN IV karate menjadikannya disegani siswa dan guru sejawatnya, keunikan cara mengajarnya sampai pada cap “killer” yang melekat padanya karena sifat angker yang melekat padanya. Jangan pernah melakukan kesalahan yang berkaitan dengannya, kalau tidak ingin mendapatkan layangan tamparan atau pukulan bogem mendah tangan kekarnya. Banyak siswa yang merasakan keangkerannya dan trauma dibuatnya.

Diantara cara mengajarnya yang unik adalah kebiasaannya memberikan pekerjaan rumah (PR) yang super banyak yang harus diselesaikan dalam semalam saja. Bayangkan kalau dalam satu malam, seorang siswa harus menyelesaikan soal-soal matematika SIPENMARU (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dari tahun 1980 – 1989 misalnya. Dan apabila ada yang tidak menyelesaikan tugas, maka tempelengan atau bahkan pukulan bogem mentahnya siap menjadi oleh-oleh.

Pada suatu hari, PR serupa itupun kami (murid sekelas) dapatkan. Tapi ditambah dengan perintah, dikumpulkan harus bareng-bareng oleh ketua kelas dan tidak boleh sendiri-sendiri. Tentu saja sang ketua kelas (saya agak lupa namanya, kalau nggak salah Hermawan, atau Kurniawan) menjadi panik karenanya. Karena apabila ada yang telat dan ketua kelas yang harus mengumpulkan, maka bisa jadi dia yang menjadi sasaran empuk pukulan sang guru.

Dan pada keesokan harinya, gambaran seperti diatas benar-benar terjadi. Beberapa teman terlambat mengumpulkan tepat pada waktunya sebagaimana yang sudah diperintahkan oleh Pak Muktamad. Tapi karena perintahnya harus dikumpulkan bareng-bareng, maka sang ketua kelaspun menunggu semua selesai mengerjakan.

Entah karena panik atau rasa takut yang hebat, pada saat semua siswa sudah selesai mengerjakan PR, sang ketua kelas tidak berani mengantarkan PR itu ke meja Pak Muktamad. Semua tidak ada yang berani mengantarkan, sambil berusaha saling melempar tanggungjawab.

Dalam kondisi demikian, tiba-tiba mengalir darah keberanian dalam diri saya. Dan sayapun memberanikan diri membawa tumpukan buku PR itu ke meja Pak Muktamad sendirian. Dalam perjalanan dari kelas menuju meja Pak Muktamad di ruang guru, jantung saya serasa deg-degan membayangkan apa yang akan terjadi. Tentu saja sembari berdoa supaya tidak terjadi hal yang menakutkan.

Begitu saya sampai di depan mejanya, Pak Muktamad dengan muka merah pertanda kemarahannya menggebrak meja sambil membentak,” kenapa kamu yang ke sini mengantarkan PR itu. Kemana ketua kelas kamu !!”. Sayapun menjawab, “ ada di kelas Pak”. “ Ya, tapi kenapa kamu yang nganter ke sini dan bukan dia. Kan kemarin saya suruh dia yang nganter, bukan kamu !!! “ tambahnya lagi. “ Tadi teman-teman di kelas juga pada ribut, siapa yang harus nganter ke meja bapak. Tapi karena sepertinya pada takut bakal kena marah oleh bapak, maka nggak ada yang berani nganter. Daripada keadaannya lebih buruk, ya akhirnya saya beranikan nganter ke sini. Kalaupun bapak marah, saya insya Allah siap bapak marahi”, jawabku sambil gemeteran menahan rasa takut.
Tapi ternyata apa yang saya bayangkan sebelumnya tentang hal yang menakutkan tidak terjadi. Pak Muktamad malah menyuruh saya kembali ke kelas dan mengatakan, “ Ya sudah Bambang, kamu kembali ke kelas. Dan bilang sama teman-teman kamu kalau sebentar lagi saya ke kelas”.
Sepuluh menit berikutnya, pak Muktamadpun masuk kelas. Seperti biasanya, setiap Pak Muktamad masuk kelas maka suasana kelas tiba-tiba menjadi sunyi. Tiba-tiba .....

“ Mana ketua kelas kalian “, tanya Pak Muktamad. Dan sang ketua kelaspun mengacungkan tangan sambil menahan raut muka ketakutan. “Sini kamu maju ke depan. Dan semua siswa laki-laki juga maju ke depan”, perintahnya. Dan kami semuapun maju ke depan. “ Ehh kamu Bambang nggak usah maju. Kamu duduk saja”, tambahnya, menjadikan kami semua semakin bingung.

Tiba-tiba ... Plak plek. Tamparan ringan tangan Pak Muktamad mendarat dipipi semua siswa laki-laki yang maju kedepan. Beliaupun menceramahi kami semua.
“Tahu nggak kenapa kamu semua saya kasih tamparan dan Bambang saya suruh duduk. Karena kamu semua banci. Tidak berani bertanggungjawab. Kalian malah seperti mengorbankan salah satau teman kamu yaitu Bambang dengan membiarkan dia mengantarkan sendirian. Mestinya kalau kalian takut sendirian karena telat, maka kalian harus nganter bareng-bareng. Kalian ingin kan kalau saya marah, biar Bambang saja yang kena kemarahan saya. Tapi nggak, Bambang saya bebaskan dan kalian semua saya hukum. Tidak ada tempat yang baik untuk anak-anak pengecut yang tidak bertanggungjawab”.
Dan pada setiap episode kehidupan kita, Allah akan senantiasa memberikan balasan yang baik bagi siapa saja yang berkontribusi pada kemashlahatan ummat. Insya Allah.

Wallahu a’lam.

Bebas Memilih

Dalam satu perjalanan darat dari Meulaboh Aceh Barat ke Tapaktuan di Aceh Selatan pada pertengahan Juni 2008 - dalam satu rangkaian tour panjang jajaran DPP PK Sejahtera di seantero propinsi Nangroe Ac h Darussalam – ada suatu kejadian penuh hikmah.

Saya dan rombongan ( ada dua mobil) yang termasuk rombongan zona barat (seluruh rombongan dibagi 3, zona timur, tengah dan barat NAD) mengendarai mobil jenis Kijang LGX. Mobil ini lumayan representatif, walaupun juga tidak bisa dikatakan ‘sangat’ representatif. Dilihat dari tampilan luarnya lumayan bagus, tetapi ternyata mobil tersebut menyimpan beberapa persoalan. Belum lagi berangkat, sebuah sekerup menancap tembus di ban depan bagian kanan yang memaksa rombongan harus sabar menunggu proses tambal. Dan setelah jalan, ternyata pendingin ruangannya (AC) tidak berfungsi dengan baik. Sehingga terasa panas dan kalau berjalan di daerah berkabut maka kaca menjadi buram.

Jalur Meulaboh di Aceh Barat ke Tapaktuan di Aceh Selatan adalah rute ke dua kami, setelah sehari sebelumnya kami menempuh perjalanan darat yang jauh dari Banda Aceh ke Meulaboh di pesisir barat Aceh.

Setelah seharian kami mengadakan training motivasi dan penggodokan strategi pemenangan pemilu 2009 di Meulaboh, sampailah saatnya kami melanjutkan perjalanan ke rute berikutnya. Sekitar pukul 18.30 waktu Meulaboh kami melanjutkan perjalanan. Perjalan Banda Aceh ke Meulaboh yang semula hanya diisi oleh masing-masing 4 penumpang tiap mobilnya (bagian belakang diisi penuh peralatan pribadi dan amunisi akomodasi), kini untuk rute Meulaboh ke Tapaktuan mobil yang saya tumpangi kebagian tambahan 1 orang (ustaz lulusan Azhar, Kairo Mesir). Sehingga penumpang di jok tengah menjadi 3 orang.

Karena sang ustaz masuk ke mobil paling akhir dan masuk dari pintu sebelah kanan dimana saya sebelumnya duduk dikursi kanan, maka sayapun bergeser dan memberikan kesempatan pada ustaz untuk duduk dikursi yang sebelumnya saya duduki. Jadilah saya duduk dibagian tengah jok kursi yang terasa lebih tinggi dari bagian kiri dan kanan serta tidak memiliki sandaran kepala yang memadai. Dan perjalananp Meulaboh Tapaktuanpun dimulai.

Rute ini tidak kalah serunya dengan rute banda Aceh Meulaboh yang kami tempuh sehari sebelumnya. Jalanan rusak dan meliuk-liuk menjadi menu sepanjang perjalanan. Supir yang memang masih muda memacu mobil dengan kencang, tak peduli jalanan rusak ataupun meliuk-liuk melahap setiap tikungan. Kami bertiga yang ada di jok tengah (terutama saya, karena tidak ada sandaran dan pegangan tangan) menjadi sedikit kerepotan mengikuti liukan body mobil melahap tikungan. Ditambah lagi suasana agak panas karena AC yg kurang sempurna.

Selama perjalanan saya terus ngobrol (terutama dengan Pak Azhar yang duduk disebelah kiri saya, tim DPP PKS yang berangkat bersama dari Jakarta) apa saja untuk membunuh kebosanan di perjalanan, sambil sesekali tubuh kami terguncang-guncang.

Sekitar 500 meter menjelang tempat kami menginap di Tapaktuan, Allah memberikan pelajaran lagi untuk kami. Ban belakang bagian kiri mobil kami bocor, yang memaksa kami harus turun dan berjalan menuju penginapan karena tidak kami temukan tambal ban. Dan mobilpun tetap digelandang ke penginapan tanpa penumpang (kecuali sopir) dalam keadaan bocor.
Besok paginya saat kami menikmati sarapan pagi di tepian pantai Aceh Selatan nan indah, Pak Azhar bercerita tentang kejadian semalam. Dia mengatakan ,” Wah gawat nih mobil kalau kondisinya tetap begitu. Padahal kan perjalanan kita masih 2 hari. Apalagi nanti rute terakhir dari kota Subulussalam menuju Medan adalah rute yang berat, karena menembus pegunungan Leuser. Tadinya saya mau ngeluh dengan mobil ini, mana panas lagi karena Acnya error. Tapi karena saya lihat Pa Bambang yang posisinya lebih nggak enak daripada saya kelihatannya enjoy saja, maka saya urung ngeluh. Nggak enak sama Pak Bambang”. “Koq bisa sih Pak Bambang, bisa enjoy begitu,”tukasnya lagi.

“Pak Azhar, saya teringat kata-kata Pa Anis Matta pada suatu ketika. Katanya, rahasia kebahagiaan seseorang dalam hidupnya ada pada bagaimana cara menikmati dan mensyukuri setiap karunia kehidupan yang didapatinya. Ketika kita ditakdirkan menjadi miskin, maka pilihan paling rasional dan paling baik adalah menikmati dan mensyukuri karunia kemiskinan, sambil terus berupaya untuk terus memperbaiki keadaan. Karena menjadi uring-uringan dan marah-marah untuk mensikapi kemiskinan yang kita dapatkan, juga tidak menyelesaikan masalah. Dengan uring-uringan dan marah-marah juga tidak serta merta merubah keadaan, menjadikan kita lepas dari kemiskinan. Kalau dengan uring-uringan dan marah-marah menjadikan kita serta merta menjadi lebih kaya dan lepas dari roda kemiskinan, maka saya anjurkan kepada semua orang untuk selalu uring-uringan dan marah-marah setiap hari agar menjadi lebih kaya. Tetapi pada kenyataannya enggak kan “, timpalku nyerocos sambil menyantap ikan goreng yang tersaji.

“ Demikian juga dengan kejadian semalam. Menjadi uring-uringan dan mengeluh tidak serta merta menjadikan AC menjadi dingin lagi, juga tidak menjadikan jalanan menjadi halus dan lurus. Juga tidak dengan tiba-tiba menjadikan perjalanan jadi lebih nyaman. Bahkan bisa jadi dengan uring-uringan dan mengeluh, semakin menjadikan supir stress dan setirannyapun menjadi lebih tidak nyaman. Makanya saya memilih untuk santai dan menikmati perjalanan yang ada. Dengan memilih menikmati perjalanan, maka kondisi yang sebenarnya tidak enak menjadi enak-enak aja. Dengan memilih menikmati perjalanan, supirpun menjadi tenang dan santai mengendalikan mobil yang menjadikan perjalanan menjadi lebih terkendali. Dan dengan memilih menikmati perjalanan, andapun menjadi segan untuk mengeluh dan ikut-ikutan memilih menikmati. Tidak ada kondisi yang tidak enak, kalau kita memilih untuk menikmati”, tambahku lagi.

“Dan yang lebih penting lagi, saya dihadirkan ke sini untuk memompakan semangat kader semuanya. Apa jadinya kalau saya sendiri tidak mampu menyemangati diri saya sendiri. Menyemangati orang lain adalah mentransfer suasana hati saya kepada orang lain. Kalau suasana hati saya sedang “tidak semangat” maka yang tertransfer bukan lagi “semangat” akan tetapi bisa jadi malah kemurungan dan demotivasi”.

Wallahu a’lam.

Tuesday, June 24, 2008

Membangunkan Raksasa Tidur

Tulisan ini terinspirasi oleh buku Anthony Robbins dengan judul yang sama. Keinginan kuat agar karunia Allah kepada manusia sebagai makhluq paling unggul menjadi fakta dan tidak hanya sekedar asa.

“Sungguh telah AKU (Allah) ciptakan manusia dalam kejadian yang sebaik-baiknya. Kemudian Aku turunkan derajat mereka ke tingkat yang serendah-rendahnya”, demikian keterangan Allah dalam kitab suci Al Qur’an.

Kita semua Allah lahirkan ke dunia ini sebagai juara, sebagai yang terbaik. Tidak ada satupun manusia yang lahir ke dunia ini melainkan terlahir sebagai yang terbaik.

Pada awal proses penciptaan kita semua, ada sebuah kompetisi besar untuk memperebutkan mahkota Ovum (sel telur) di rahim ibu. Kompetisi ini tidak akan bisa berlangsung kecuali harus diikuti minimal 200 juta peserta sel sperma. Karena apabila jumlah sel sperma kurang dari 200 juta, maka sperma tergolong tidak sehat sehingga tidak akan bisa meraih sel telur.

Dari 200 juta peserta itu maka hanya ada satu yang menjadi pemenang dan menjangka u sel telur. Dan juara kompetisi akbar tersebut tidak lain adalah kita semua yang terlahir dari rahim ibu kita semua. Ya, kita semua Allah lahirkan ke dunia sebagai pemenang, sebagai juara. Sebagai yang terbaik. Karena kalau kita bukan yang terbaik, maka Allah tidak akan pernah melahirkan kita ke dunia ini. Karena hanya yang terbaik yang akan lahir di dunia.


Our Brain, The Sleeping Giant


Satu hal – secara fisiologis – yang menjadikan manusia menjadi spesifik (baca : lebih unggul) dari makhluk lainnya adalah adanya karunia otak/pikiran. Pikiran yang menjadikan manusia berkembang dan menjadi kreatif untuk mencari solusi bagi setiap persoalan hidupnya.
Prof Isaac Asimov dalam bukunya THE BRAIN menjelaskan bahwa : otak kita memiliki 200 milyar sel otak, memiliki lebih dari 100 Trilyun hubungan yang mungkin. Sehingga, tiap satu sel otak kita memiliki kemampuan untuk membuat hingga 500 alternatif kreatif pemecahan pada setiap satu masalah yang timbul.


Masalahnya kemudian adalah, kebanyakan kita tidak mengoptimalkan karunia Allah yang namanya otak. Kebanyakan kita mudah menyerah kalah ketika menghadapi persoalan, padahal baru satu atau dua alternatif solusi kita eksplorasi. Kita menjadi mudah putus asa. Kita menjadi semacam seonggok daging tanpa nilai lebih. Padahal kita telah dibekali mentalitas juara dengan bekal 500 alternatif solusi pemecahan masalah. Kalau kita gunakan potensi otak yang ada, kita bisa berubah menjadi RAKSASA yang siap melahap semua persoalan yg ada di hadapan kita.

Riset Prof. Isaac Asimov juga menggambarkan tentang bagaimana kebanyakan manusia mengoptimalkan otaknya.

Orang Genius maksimal menggunakan otaknya hanya 5-6%

Orang Cerdas/Pandai maksimal menggunakan otaknya hanya 3-4%

Orang rata-2 pada umumnya maksimal menggunakan otaknya hanya 2%


Dari sini kita fahami bahwa seandainya seorang Prof. DR. BJ Habibi, Einstein, dan kaum jenius lainnya mengoptimalkan potensi otaknya, maka dia akan menjadi jauh lebih hebat hingga 20 kali lipat (2.000 %). Sungguh dahsyat.


Bagaimana dengan kebanyakan kita ? Kita akan menjadi jauh lebih hebat dari sekarang hingga 50 kali lipat (5.000 %). Kita akan berubah menjadi raksasa yang sangat perkasa yang akan mampu melumat apa saja yang ada disekitar kita.
Hanya saja selama ini kebanyakan kita belum mengoptimalkan potensi otak kita, sehingga RAKSASA yang ada pada kita sekarang masih terlelap tidur. Walaupun ada potensi RAKSASA, kalau masih tertidur maka kita tetap menjadi sosok yang tak berdaya.

Awaken The Giant

Untuk membangunkan raksasa yang masih tertidur pulas, maka kita perlu memahami sistem kerja otak. Kalau kita bisa memahami hal ini dengan baik, maka kita akan mampu membuka tabir kekuasaan Allah. Sebagaimana kata-kata hikmah dalam Islam.


Wa man ‘arofa nafsahu, faqod ‘arofa robbahu
Dan barangsiapa yang mengenal dengan baik dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.

Dalam kajian Neuro Linguistic Programming (NLP), sistem kerja otak diantaranya menggunakan pola afirmatif. Yaitu penggunaan pola informatif berulang-ulang sehingga pada akhirnya akan lahir new believe. Otak kita tidak terlatih untuk membedakan antara fakta dan imaginasi dari setiap informasi yang masuk. Begitu informasi imajinatif dimasukkan secara berulang-ulang secara massif, maka pada akhirnya otak bisa menganggap “imajinasi” itu sebagai fakta yang diyakini kebenarannya.

Sebagaimana kita fahami selama ini bahwa sistem kendali dari kerja seluruh kerja organ tubuh kita adalah otak. Apapun yang diyakini oleh otak, maka sinyalnya akan ditransfer ke seluruh organ tubuh melalui sistem syaraf. Dan sinyal yang dikirim oleh otak akan diterima sepenuhnya dengan serta merta tanpa ada resistensi sedikitpun. Organ tubuh akan menerima sepenuhnya sinyal dari otak dan langsung mengeksekusi.

Jadi kalau keyakinan yang tertanam dalam otak kita adalah keyakinan tentang “ketidakmampuan” dan “ketidakberdayaan”, maka organ tubuh kita akan merespon dengan respon yang sama persis dengan keyakinan yang ada pada otak kita. Dan sebaliknyaa, kalau keyakinan yang tertanam dalam otak kita adalah keyakinan tentang “keberhasilan” dan “kemampuan tak terbatas”, maka organ tubuh kita akan merespon dengan respon yang sama persis dengan keyakinan yang ada pada otak kita. Dan serta merta kita berubah menjadi manusia super yang penuh dengan antusiasme keberhasilan dan kuasa tak terbatas (unlimited power). Kita berubah menjadi raksasa yang tak terbatas kemampuannya.

Sejak sekarang, prioritaskan otak kita hanya menerima poin-poin informasi tentang positifisme, keberhasilan, kuasa tanpa batas, jiwa keberlimpahan. Sehingga fisik kita akan terbangun menjadi fisik dengan kualifikasi positif, keberhasilan, unlimited power dan serba berkelimpahan. Dan bila yang tertanam dalam otak kita adalah sebaliknya, maka kitapun kan menjadi pribadi yang sebaliknya.

Sebagaimana ungkapan Shakespiere, THE FIRST WE MAKE OUR HABITS, AND THEN OUR HABITS MAKE US. Sekarang, mari kita bangun kebiasaan-kebiasaan positif dalam hidup kita. Biar pada akhirnya kebiasaan-kebiasaan positif itulah yang membentuk kehidupan kita di masa datang. Kehidupan yang penuh dengan keberkahan dan keberlimpahan, Like a Giants Life.


Wallahu a’lam