Wednesday, July 09, 2008

Everybody, Can Do



Suatu malam di tahun 1998, datanglah ke rumah kontrakan saya di Solo seorang aktifis mahasiswa di Fakultas Sastra yang baru saja terpilih sebagai Ketua Kerohanian Islam ditemani seorang aktifis lainnya.

Setelah basa basi sejenak, Nowo - nama sang aktifis - mengajukan pertanyaan unik.
" Pak Bambang, menurut bapak kira-kira untuk Fakultas Sastra program kerja yang baik apa ya pak ?"

Sambil mengernyitkan dahi - saya tidak menduga dia akan bertanya seperti itu malam-malam - saya balik bertanya, " Mas Nowo, bisa diceritakan kondisi Sastra sekarang ini bagaimana ?"

Dengan cepat Nowo menjawab ini itu, begini begitu dan bla bla bla, memberikan gambaran detail kondisi Fakultas Sastra dalam sudut pandangnya.

Kemudian sayapun melontarkan pertanyaan berikutnya, " Kalau Mas Nowo sendiri kepinginnya kondisi Fak Sastra menjadi seperti apa ke depannya ?"

Kembali dengan cepat dan penuh semangat Nowo menjawab, " Saya sih dengan teman-teman sudah menetapkan target kondisi yg ingin kami capai di Fak Sastra begini-begini ..... ", Nowo menjelaskan kondisi yang diinginkanyya.

Untuk ketiga kalinya saya bertanya lagi, " Mas Nowo, kalau kondisi Sastra sekarang seperti yang tadi Mas Nowo gambarkan. Terus Mas Nowo ingin Sastra menjadi seperti tadi yang dijelaskan. Kira-kira, menurut mas Nowo program apa yang pas untuk Sastra supaya kondisi ideal yang diharapkan bisa tercapai ?"

"Kalau menurut saya sih, program yang pas untuk Fak Sastra sekarang adalah begini, begini, dst ...", cetus Mas Nowo menjelaskan detail program yang ada dikepalanya.

Sayapun menyahut," Nah Mas Nowo, itulah program yang pas buat Fak Sastra. Mas Nowo lebih tahu tentang apa yang baik buat Sastra dari pada saya, karena saya bukan orang Sastra. Mas Nowo pada dasarnya tahu apa yang baik buat Sastra, hanya saja sepertinya butuh dukungan orang lain - termasuk saya - untuk meyakinkan kalau Mas Nowo tahu".

Sambil senyum dan garuk-garuk kepala, Nowo pun pamitan dengan seuntai sunggingan senyum mengembang dari bibirnya tanda kepuasan.

.............................

Pada dasarnya Allah sudah menganugerahkan potensi kemampuan maha dahsyat kepada setiap manusia untuk bisa menyelesaikan permasalahannya. Hanya saja terkadang manusia itu sendiri yang tidak tahu bahwasannya dia memiliki kemampuan itu.

Setiap kita hendaknya memposisikan setiap orang yang bertanya tentang sesuatu kepada kita sebagai orang yang butuh untuk ditunjukkan kemampuannya. Tidak selalu sebagai orang yang tidak tahu banyak hal dan benar-benar butuh jawaban dari kita.

Seandainya kita memberi jawaban persis seperti yang diinginkan oleh sang penanya, maka dia sewaktu-waktu akan datang lagi dan bertanya lagi untuk persoalan yang lain. karena kita dianggap sebagai orang yang pandai menyelesaikan persoalannya.

Tetapi seandainya kita membantu menunjukkan kepada orang yang bertanya bahwa sebenarnya dia bisa menjawab pertanyaannya sendiri, maka insya Allah dia tidak akan datang lagi untuk bertanya karena dia akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Atau bahkan dia akan mampu menjawab pertanyaan dari orang lain tentang kehidupan.

Dan semakin banyak orang-orang yang berperan sebagai pemberi jawaban, maka semakin banyak persoalan hidup yang terselesaikan.


Wallahu a'lam




No comments:

Post a Comment