Di bulan Desember 2007 sepulang dari Bintan kep. Riau, Ust Jalaludin Syatibi aleg PKS di komisi IV, menyambangi kantor KPK untuk menyerahkan uang gratifikasi yang beliau terima selama di Bintan. Setelah menerima uang tersebut penyidik KPK menyakini bahwa banyak yang menerima uang tersebut dan tidak melaporkan. maka di mulailah rencana penyelidikan Efektif mulai Februari penyelidikan di mulai, dan singkat cerita di bulan Juni Al-Amin tertangkap di sebuah hotel di bilangan Sudirman ....
Ust. Jalaludin Syatibi selaku pelapor dimintai kesaksian oleh KPK terkait kasus ini, sejak kasus ini di ungkap aktivitas ust. Jalaludin Syatibi menjadi cibiran oleh sebagian besar rekan-rekannya di komisi IV, berbagai sindiran dan pengasingan di alami oleh rekan sekomisinya. . hingga pernah ketika ust. Jalaludin mencoba bergabung untuk makan satu meja dengan anggota komisi IV yang lain, ust Jalaludin di usir dengan kata-kata yang sangat pedas. ''Jangan makan disini !!!, ini pake uang haram semua"...hardik aleg tersebut.
Sebagai seorang ustad, tentu perkataan dan sikap rekan kerjanya di komisi IV akan sangat mengganggu dan membuat tidak nyaman, Namun itulah resiko ketika dakwah ditegakkan..
Tetap Bersabar ya Ustadz... semoga Alloh SWt mencatat perjuangan Ustadz dan Rasululloh SAW sebaik-baik tauladan.
Di tulis berdasarkan cerita Staf Ahli komisi IV DPR RI.
(dari sebuah milis)
.......................................
Ada ungkapan lama dalam bahasa Inggris yang mengatakan “ The First, we make our habits. And then our habit make us”. Pada awalnya, kitalah yang menciptakan kebiasaan-kebiasaan kita. Lalu pada akhirnya kebiasaan-kebiasaan itulah yang membentuk kita.
Ust. Jalaludin Syatibi dan orang orang di lingkungan PKS yang saya tahu (mudah-mudahan benar), dibina dan dididik untuk selalu taat pada aturan yang telah ditetapkan agama. Pembinaan dan pendidikan ini tidak hanya berhenti pada penekanan pemikiran, tetapi dilanjutkan pada penekanan praktis. Apa yang dipelajari dalam wacana-wacana pemikiran segera diaplikasikan dalam realita keseharian.
Pembumian nilai-nilai religi dalam aktifitas keseharian pada akhirnya melahirkan sensitifitas yang tinggi terhadap semua bentuk pelanggaran. Hati dan perasaannya menjerit melihat realitas menyimpang yang kontras dengan keyakinan dan praktik kehidupan di kesehariannya. Dan demi mempertahankan keyakinan yang mengkristal serta upaya untuk selalu menjadi hamba yang sepenuhnya pasrah pada sang Khaliq, Ust. Jalaludin Syatibi dan orang-orang setipenya memilih untuk melawan dan membersihkan segala praktek penistaan harkat kemanusiaan.
wallohu'alam