Baru dua bulan saya menduduki kursi sebagai Area Sales Manager di PT. Mizan Dian Semesta (MDS) – divisi direct selling Group Penerbit Mizan – ketika mendapatkan kesempatan mengikuti Rapat Kerja Tahunan MDS yang mempertemukan seluruh Kepala kantor Cabang se Indonesia dan pimpinan puncak Group Mizan di daerah Cipanas Puncak.
Ketika sampai pada sesi pemaparan Testimoni kesuksesan para Book Advisor (BA) – sebutan untuk para tenaga freelance pemasar produk MDS – saya terkesan dengan kisah seorang BA yang saya lupa namanya. Dia mengisahkan tentang seotang BA yang gagap dan susah berbicara.
BA tersebut sebelumnya mondar-mandir melamar pekerjaan dari satu kantor ke kantor lain, tetapi selalu gagal karena kelemahannya tersebut. Sampai akhirnya ketika hamper semua kantor menolaknya, berlabuhlah dia menjadi BA. Dan sungguh sebuah keajaiban, si BA yang gagap tersebut waktu itu menjadi BA terbaik dengan poin penjualan terbesar mengalahkan BS-BS senior yang lain.
Pada awal-awal menjadi BA dia selalu gagal dan ditolak. Setiap calon konsumen yang sudah ada agreement untuk presentasi, seketika menolak karena dia tidak kunjung selesai penjelasannya. Tetapi walaupun ditolak berkali-kali dan diejek oleh teman-temannya, dia tidak pernah menyerah dan putus asa.
Didatanginya lagi calon konsumennya yang sudah menolak satu persatu dan terus didatangi, sampai akhirnya satu persatu konsumenyapun melakukan closing transaksi pembelian buku. Dan pada akhirnya semakin banyak dan semakin banyak.
Ketika saya dan peserta raker yang lain mulai penasaran dengan apa yang terjadi, apa yang dilakukan oleh sang BA tadi yang sebelumnya ditolak terus karena kekurangannya tersebut, sang kepala cabang tersebut meneruskan.
Agaknya si BA yang gagap tadi melakukan sedikit perubahan pada pendekatan personalnya. Sebelum bertemu dengan calon pembelinya, dia terlebih dulu mengirimkan brosur product knowledge. Dan pada saat bertemu, dia tinggal menjelaskan masing-masing produk dimaksud.
Karena kelemahannya yang gagap, maka penjelasannya menjadi sangat bertele-tele dan tidak kunjung selesai karena harus mengulang-ulang terus. Untuk menjelaskan satu bagian produk saja, dia bisa menghabiskan berpuluh-piluh menit hingga menjadikan calon konsumennya tidak sabar. Tetapi sang BA gagap tersebut tetap antusias seperti tidak memperhatikan kegelisahan para calon konsumennya.
Karena pada dasarnya para calon konsumennya sedikit banyak sudah tahu produknya melalui brosus product knowledge yang dikirimkannya dan merasa tidak sabar mendengarkan penjelasan dari sang BA yang tidak kunjung selesai, maka akhirnya para calon konsumennya segera melakukan closing transaksi pembelian.
Dan kondisi ini berulang terus dengan calon konsumen yang lain. Sebagiannya bahkan merupakan rebuying untuk produk yang lain. Begitu si BA yang gagap itu datang, sebelum dia mulai memberikan penjelasan yang “panjang lebar”, maka kebanyakan calon konsumennya segera minta closing transaksi karena khawatir akan buang-buang waktu mendengarkan penjelasan sang BA tadi.
Al hasil, waktu yang dibutuhkan untuk closing oleh sang BA yang gugup tadi jauh lebih singkat dari pada yang dibutuhkan oleh para BA yang normal, yang bisa menjelaskan product knowledge dengan sangat baik dan sangat fasih.
Sekali lagi, kita belajar tentang arti kesabaran yang melahirkan kreatifitas dan pencarian alternative penyelesaian. Serta antusiasme dan semangat yang melahirkan energy dan daya dorong yang dahsyat. Mengalahkan daya dorong orang-orang yang memiliki kalebihan jauh diatas yang dimiliki oleh sang BA yang gagap itu.