Pada satu sesi pelatihan tentang Law Of Attraction di Kolaka Utara, setelah panjang lebar saya uariakan detail masalah Law Of Attraction, seorang peserta training bertanya.
Sebetulnya pertanyaan semacam ini adalah hal yang lazim. Seorang peserta pelatihan bertanya tentang satu atau banyak hal, kemudian sang trainer/presenter memberikan jawaban. Kalau jawaban yang diberikan dirasa belum mengena, maka akan terjadi dialog berkelanjutan.
"Apa bedanya IMPIAN dan CITA_CITA ?" tanya peserta
..........................................................
Setelah menghela nafas dalam-dalam, saya mencoba mengurai jawaban dari pertanyaan tersebut.
Dalam bahasa Inggris, antara impian dan cita-cita tidak dibedakan kosa katanya. Kedua-duanya adalah DREAM. Di kosa kata kita saja yang membedakannya.
Bagi saya, impian dan cita-cita tidak ada bedanya. Keduanya memenuhi ruang memori dalam otak kita. Keduanya akan tetap sekedar memenuhi ruang memori otak kita, sampai ada tindakan nyata dari kita untuk merubahnya menjadi realita yang kita dapatkan. Jadi selama tidak ditindaklanjuti dengan kerja nyata untuk mewujudkannya, maka keduanya tetap dan akan tetap sekedar ada di memori otak kita.
Jadi - masih jawaban lanjut dari saya - sebenarnya tidak begitu penting dan hampir-hampir tidak memberikan manfaat yang akan merubah kehidupan kita menjadi lebih baik ketika kita memperbincangkan perbedaan impian dan cita-cita. Kecuali bahwa kita akan mendapatkan kepuasan secara intelektual. Tidak lebih dari itu.
Saya sih menyarankan, dari pada kita memperbincangkan panjang lebar tentang apa perbedaan antara impian dan cita-cita maka akan lebih baik sekarang kita rumuskan apa impian/cita-cita kita untuk masa depan. Setelah itu, biarkan jiwa dan raga ini berekspresi untuk menjadikan impian kita hari ini menjadi kenyataan di hari esok.
Dan seluruh pesertapun menganggukkan kepala tanda setuju. Sesi malam itupun berakhir sudah.
...................................................
Kita sering menyaksikan - atau mungkin malah mengalaminya sendiri - bahwa sebuah forum diskusi sering melahirkan hasil/konklusi yang briliyan. Para pengamatpun di beberapa forum telah memberikan analisa yang dalam dan argumentatif tentang suatu kondisi. Berbagai rekomendasi juga telah diluncurkan. Tetapi berkali-kali juga kita saksikan bahwa seringkali konklusi dan rekomendasi itu hanya sekedar berhenti pada tataran wacana.
Barangkali karena memang judul forumnya adalah diskusi dan dialog, maka seolah dirasa cukup kalau konklusinya bisa memuaskan forum tersebut, tetapi masa bodoh dengan implementasinya. Atau barangkali karena yang memberikan rekomendasi adalah "pengamat", maka seolah dirasa benar kalau rekomendasinya hanyalah sekedar hasil pengamatan tanpa tindak lanjut nyata.
Betapa sering kita memperbincangkan dan memperdebatkan suatu hal yang kemudian hasil dari perbincangan dan perdebatan itu sekadar jadi lonsumsi perbincangan dan perdebatan. Tidak lebih dari itu. Dan pertanyaan seorang peserta training di sesi Law Of Attraction sebagaimana kisah diatas tentang perbedaan Impian dan Cita-cita - yang ternyata lebih sekedar ingin tahu bedanya - dengan gamblang mengindikasikan hal tersebut.
Seorang teman waktu di kegiatan OSIS SMA mengomentari suatu program dengan komentarnya yang briliyan. Ketika ditanyakan oleh pengurus OSIS yang lain tentang, solusi apa yang ditawarkan untuk menyelesaikan persoalan yang ada, sang teman tadi dengan enteng mengatakan, " Saya kan cuma menggarisbawahi. Jadi yang bikin tulisan ya anda-anda semua."
Teman ini mengatakn sesuatu yang banyak dikatakan oleh kebanyakan orang yaitu " tugas saya cuma menggaris bawahi (memberi komentar dan masukan saja), silakan anda-anda ini yang bikin tulisan (anda-anda inilah yang bikin solusi dan mengerjakannya)."
Seandainya negeri ini lebih banyak dipenuhi orang yang bikin garis bawah, lama-lama tulisan dinegeri ini lebih banyak garis bawahnya dari pada kata-katanya. Lama-lama orang akan takut menulis, karena akan bayak garis bawah. Lama-lama orang akan lebih suka bikin garis bawah, karena tidak akan mungkin digarisbawahi lagi.
Benarlah pepatah Arab yang mengatakan, " Man suaalan, fa huwa mas-ul". Barangsiapa memberi usulan atau rekomendasi, maka dialah penanggungjawabnya. Agar kita bertanggungjawab terhadap apa yang kita ucapkan. Supaya kita lebih tertarik berbuat yang nyata daripada sekedar kata-kata.
Kata-kata tetap memiliki kekuatan, akan tetapi dia akan menemukan keuatan yang maha dahsyat pada perbuatan. Karena perbuatan lebih menggambarkan rasa tanggungjawab dari sekedar kata-kata.
Let's take action, not just words ......
Sebetulnya pertanyaan semacam ini adalah hal yang lazim. Seorang peserta pelatihan bertanya tentang satu atau banyak hal, kemudian sang trainer/presenter memberikan jawaban. Kalau jawaban yang diberikan dirasa belum mengena, maka akan terjadi dialog berkelanjutan.
"Apa bedanya IMPIAN dan CITA_CITA ?" tanya peserta
..........................................................
Setelah menghela nafas dalam-dalam, saya mencoba mengurai jawaban dari pertanyaan tersebut.
Dalam bahasa Inggris, antara impian dan cita-cita tidak dibedakan kosa katanya. Kedua-duanya adalah DREAM. Di kosa kata kita saja yang membedakannya.
Bagi saya, impian dan cita-cita tidak ada bedanya. Keduanya memenuhi ruang memori dalam otak kita. Keduanya akan tetap sekedar memenuhi ruang memori otak kita, sampai ada tindakan nyata dari kita untuk merubahnya menjadi realita yang kita dapatkan. Jadi selama tidak ditindaklanjuti dengan kerja nyata untuk mewujudkannya, maka keduanya tetap dan akan tetap sekedar ada di memori otak kita.
Jadi - masih jawaban lanjut dari saya - sebenarnya tidak begitu penting dan hampir-hampir tidak memberikan manfaat yang akan merubah kehidupan kita menjadi lebih baik ketika kita memperbincangkan perbedaan impian dan cita-cita. Kecuali bahwa kita akan mendapatkan kepuasan secara intelektual. Tidak lebih dari itu.
Saya sih menyarankan, dari pada kita memperbincangkan panjang lebar tentang apa perbedaan antara impian dan cita-cita maka akan lebih baik sekarang kita rumuskan apa impian/cita-cita kita untuk masa depan. Setelah itu, biarkan jiwa dan raga ini berekspresi untuk menjadikan impian kita hari ini menjadi kenyataan di hari esok.
Dan seluruh pesertapun menganggukkan kepala tanda setuju. Sesi malam itupun berakhir sudah.
...................................................
Kita sering menyaksikan - atau mungkin malah mengalaminya sendiri - bahwa sebuah forum diskusi sering melahirkan hasil/konklusi yang briliyan. Para pengamatpun di beberapa forum telah memberikan analisa yang dalam dan argumentatif tentang suatu kondisi. Berbagai rekomendasi juga telah diluncurkan. Tetapi berkali-kali juga kita saksikan bahwa seringkali konklusi dan rekomendasi itu hanya sekedar berhenti pada tataran wacana.
Barangkali karena memang judul forumnya adalah diskusi dan dialog, maka seolah dirasa cukup kalau konklusinya bisa memuaskan forum tersebut, tetapi masa bodoh dengan implementasinya. Atau barangkali karena yang memberikan rekomendasi adalah "pengamat", maka seolah dirasa benar kalau rekomendasinya hanyalah sekedar hasil pengamatan tanpa tindak lanjut nyata.
Betapa sering kita memperbincangkan dan memperdebatkan suatu hal yang kemudian hasil dari perbincangan dan perdebatan itu sekadar jadi lonsumsi perbincangan dan perdebatan. Tidak lebih dari itu. Dan pertanyaan seorang peserta training di sesi Law Of Attraction sebagaimana kisah diatas tentang perbedaan Impian dan Cita-cita - yang ternyata lebih sekedar ingin tahu bedanya - dengan gamblang mengindikasikan hal tersebut.
Seorang teman waktu di kegiatan OSIS SMA mengomentari suatu program dengan komentarnya yang briliyan. Ketika ditanyakan oleh pengurus OSIS yang lain tentang, solusi apa yang ditawarkan untuk menyelesaikan persoalan yang ada, sang teman tadi dengan enteng mengatakan, " Saya kan cuma menggarisbawahi. Jadi yang bikin tulisan ya anda-anda semua."
Teman ini mengatakn sesuatu yang banyak dikatakan oleh kebanyakan orang yaitu " tugas saya cuma menggaris bawahi (memberi komentar dan masukan saja), silakan anda-anda ini yang bikin tulisan (anda-anda inilah yang bikin solusi dan mengerjakannya)."
Seandainya negeri ini lebih banyak dipenuhi orang yang bikin garis bawah, lama-lama tulisan dinegeri ini lebih banyak garis bawahnya dari pada kata-katanya. Lama-lama orang akan takut menulis, karena akan bayak garis bawah. Lama-lama orang akan lebih suka bikin garis bawah, karena tidak akan mungkin digarisbawahi lagi.
Benarlah pepatah Arab yang mengatakan, " Man suaalan, fa huwa mas-ul". Barangsiapa memberi usulan atau rekomendasi, maka dialah penanggungjawabnya. Agar kita bertanggungjawab terhadap apa yang kita ucapkan. Supaya kita lebih tertarik berbuat yang nyata daripada sekedar kata-kata.
Kata-kata tetap memiliki kekuatan, akan tetapi dia akan menemukan keuatan yang maha dahsyat pada perbuatan. Karena perbuatan lebih menggambarkan rasa tanggungjawab dari sekedar kata-kata.
Let's take action, not just words ......
No comments:
Post a Comment