Thursday, December 04, 2008

Bombana, The New Dreamland

Pada 20 November lalu, saya mendapatkan kesempatan melakukan perjalanan ke Kabupaten Kolaka Utara, sekitar 300 km barat laut dari Kendari ibu kota Sulawesi Tenggara.

Insrastruktur jalan yang kurang baik di beberapa ruas jalan Trans Sulawesi antara Kendari dan Kolaka Utara, serta medan berat berbukit banyak jurang berbibirkan pantai terjal bagian barat Sultra dan berliku menjadikan jarak yang kalau di pulau Jawa bisa ditempuh dalam 5 jam itu harus kami tempuh lebih dari 8 jam.


Seorang teman yang menemani perjalanan ini – Pak Dani namanya – menceritakan banyak hal tentang Sulawesi Tenggara kepada saya, mengingat ini adalah perjalanan pertama saya ke wilayah Sultra.


Menurutnya, akhir-akhir ini ada fenomena menarik yang terjadi di Sulawesi Tenggara. Fenomena itu adalah adanya eksodus besar-besaran masyarakat Sultra ke Kabupaten Bombana. Berpuluh bahkan beratus-ratus ribu orang-orang berbondong meninggalkan tempat tinggal dan pekerjaannya pergi menuju tanah impian baru yaitu Bombana.


Pa Dani menceritakan bahwa banyak pabrik-pabrik yang mulai resah karena ditinggal pergi oleh karyawannya menuju Bombana. Bahkan pegawai-pegawai dengan status honorerpun memilih pergi ke Bombana. Konon tidak sedikit juga para abdi negara (PNS) yang memilih cuti demi untuk ikut eksodus ke Bombana.


.....................................................


Ceritanya berawal dari adanya sebuah keluarga di Bombana yang dalam waktu sangat singkat tiba-tiba berubah menjadi sangat kaya, padahal sebelumnya mereka adalah keluarga yang miskin.


Konon mereka adalah pendatang yang sebelumnya tinggal di Timika, dekat penambangan emas Freeport. Setelah tinggal di Bombana, mereka merasa bahwa jenis tanah di Bombana sama dengan dengan tanah di Freeport. Melihat kesamaan alam Bombana dengan Freeport, maka mereka juga yakin bahwa di Bombana ini juga mengandung emas seperti juga di Freeport.


Mulailah kepala keluarga ini masuk ke hutan. Mulailah dia menggali, kemudian mendulangnya di sungai. Dan ternyata benar bayangan mereka, mereka mendapatkan biji-biji emas. Dan akhirnya setiap hari mereka keluar masuk hutan untuk mendulang emas, tetapi apa yang mereka lakukan tidak diketahui oleh masyarakat Bombana yang lainnya.


Dalam waktu sekejap kehidupan pendatang inipun berubah. Rumah mereka diperbaiki sehingga tampak mewah. Mereka membeli mobil dan sejumlah perabot mewah lainnya. Tentu saja perubahan drastis ini memunculkan kecurigaan pada para tetangganya dan memunculkan rasa ingin tahu.


.............................................................


Agaknya ada sebagian tetangganya yang mulai mengamati aktivitas mereka. Ketika hendak masuk hutan untuk mendulang emas, beberapa tetangganyapun mulai mengikuti tanpa sepengetahuan mereka. Sehingga akhirnya para tetangga itupun bisa memahami bagaimana mereka bisa mendapatkan kekayaan, yaitu dengan mendulang emas di hutan.


Setelah itu cerita tentang Bombana yang menyimpan deposit emas besar cepat menyebar ke seantero penjuru Sulawesi, terlebih khusus ke kabupaten lain di propinsi Sulawesi Tenggara. Dan bisa ditebak cerita selanjutnya, ratusan ribu orang berhamburan pergi ke Bombana untuk berburu biji emas.


.................................................................


Eksodus ini mencapai puncaknya pada Ramadhan 1429 lalu tepatnya di bulan September 2008. Barangkali karena didesak oleh pemenuhan kebutuhan lebaran, puluhan ribu orang datang ke Bombana.


Banyak sekali cerita sukses menyertai hiruk pikuk di Bombana. Ada yang dalam 10 hari bisa mendapatkan 20 gr biji emas. 1 gram dijual dengan harga sekitar Rp. 200.000,- an mengingat kualitas emas Bombana yang sangat baik. Sehingga dalam 1 bulan bisa mengantosi sekitar 10jutaan, jauh lebih banyak daripada hanya menjadi buruh dengan gaji 2jutaan dalam sebulan.


Tetapi tidak sedikit juga cerita kelam berbuntut kematian. Berjubelnya orang yang mendulang emas melahirkan tensi emosi tinggi yang sering tidak terkendali. Hanya karena tersenggol oleh pendulang lainnya yang mengakibatkan jatuhnya butiran biji emas yang didapat, seorang pendulang memilih untuk berkelahi yang berujung pada kematian.


Ada juga karena begitu bersemangat dan bernafsunya menggali dan mendulang, mereka tidak peduli lagi dengan keselamatan diri. Pada suatu siang beberapa orang yang menggali hingga ke kedalaman tanah sudah tidak peduli lagi dengan kekuatan struktur tanahnya. Ketika asyik menggali, tiba-tiba galian itupun runtuh dan mengubur beberapa penambang yang ada dibawahnya.


Cerita lain yang tidak kalah serunya adalah melambungnya harga wajan atau alat penggorengan. Wajan yang biasanya dijual dengan harga 50 ribuan rupiah, sekarang melambung menjadi 200 ribuan. Itu semua terjadi karena para pendulang menjadikan wajan sebagai alat untuk mendulang dan memisahkan butiran tanah dengan biji besi. Bisa ditebak, wajan menjadi barang paling dicari orang Sultra saat ini.


Dan mengingat bahwa eksodus besar-besaran ke Bombana ini mulai tidak beraturan, Pemkab Bombanapun akhirnya menerapkan beberapa peraturan daerah. Setiap orang yang masuk ke Bombana untuk mendulang emas harus memiliki surat ijin semacam SIM, tentunya dengan membayar sejumlah rupiah. Ini tentu bisa menjadi pendapatan daerah untuk kemajuan Bombana.


Bersambung ....


1 comment:

  1. Attention Bloggers:

    Announcing project "Blogger-Earth"

    Mapping the World of Bloggers!

    Participate by visiting Blogger-Earth and by forwarding and posting the URL on your blogs. Together we can map the blogging world!

    Copy & Paste this URL:
    http://blogger-earth.blogspot.com

    ReplyDelete