Thursday, August 07, 2008

Believe In God


Hari menjelang sore ketika bus Dewi Sri yang saya tumpangi dari Jakarta mulai memasuki perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah di daerah Losari Brebes. Bergantian dengan penumpang yang turun selepas gapura Jawa Tengah, naiklah seorang pengamen.

Pada dasarnya tidak ada yang aneh pada pengamen yang satu ini. Lelaki yang saya kira berumur 20 tahunan ini seperti kebanyakan pengamen, menjual suaranya untuk mendapatkan imbalan rupiah dari kemurahan hati penumpang bis.

Semua berjalan seperti biasa ketika sebuah bis dinaiki oleh pengemis. Yang menjadikan sedikit berbeda - menurut saya ini hebat sekali - adalah ketika hampir setiap penumpang menjulurkan tangan kanannya untuk memberikan sedikit rupiah yang ada di sakunya kepada sang lelaki pengamen tersebut.

Tapi yang paling istimewa dari penampilan sang pengemis - barangkali ini adalah kekuatan inti dari sang pengemis yang menjadikannya mudah mendapatkan kemurahan hati penumpang - adalah bahwa dia adalah seorang yang BISU TULI alias tidak bisa menyanyi.

Dan sayapun dibikin geleng-geleng melihatnya. Sepanjang dia bernyanyi, syairnya tidak pernah berubah HA HU HA HU yang sesekali diberikan ornamen panjang pendek irama dan tidak lupa genjrang-genjreng tak beraturan - karena dia sendiri tidak bisa mendengar irama gitarnya - gitar butut yang selalu ditentengnya.

Sembari saya geleng-geleng, sang pengamenpun turun dari bis dengan senyum yang sangat mengembang sambil mengatakan Ha Hu Ha Hu lagi yang mungkin maksudnya adalah : terima kasih semuanya, semoga selamat sampai tujuan.

........................................

Allah memang sudah menegaskan dalam kitab suciNya bahwa pada setiap makhluk melata yang hidup di bumi ini sudah disiapkan jatah rizky untuk menghidupi kehidupannya. Dan itu semua akan dibenarkan dengan upaya nyata dari makhluk tersebut untuk mendapatkannya.

Menjadi tidak penting membicarakan cara apa yang kita gunakan untuk mendapatkannya. Yang lebih penting dari itu adalah segera melakukan apa yang tersirat dalam pikiran kita yang sudah diyakini kebenarannya. Karena melakukan apa yang terpikirkan jauh lebih produktif daripada memikirkan untuk melakukan apa.

Kalau pola memikirkan akan melakukan apa dianut oleh pengamen tadi, maka dia tidak punya peluang mendapatkan rizky karena dia tidak akan menemukan cara yang baik apalagi hebat lewat mengamen. Karena mengamen membutuhkan modal utama suara yang indah. Sedangkan dia, jangankan indah ... sekedar suara untuk mengucapkan huruf demi huruf syair lagupun dia tidak punya.

Tetapi karena sang pengemis lebih yakin pada pola melakukan apa yang terpikirkan, maka diapun mendapatkan hasilnya. Dia hanya perlu yakin bahwa tugas manusia hanya memastikan bahwa syarat turunnya rizky terpenuhi, yaitu berbuat sebisa mungkin yang dia bisa.

Karena memang tugas menurunkan rizky bukanlah tugas manusia, bukan tugas kita dan juga bukan tugas pengamen tadi, tetapi tugas dan urusan Allah SWT. Allah akan senantiasa memberikan dan menurunkan rizkynya kepada hambaNya yang telah memenuhi syarat untuk diturunkannya rizkyNya.

Dan sang pengamen itu telah mengajarkan pada kita arti keyakinan pada takdir Allah.

Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment